SYUBHAT FIKRIYAH

Ilustrasi. f/minanews

• Mereka berkata: Allah belum memberikan kekuasaan kepada kami maka kami tidak melaksanakan shalat.

• Sebagian orang bersemangat dalam berpecah dan meremehkan kewajiban menjaga keutuhan jamaah (organisasi) dengan alasan sebagian sahabat Nabi saw, yang merupakan generasi terbaik, saja pecah, apalagi orang-orang yang tidak lebih baik dari mereka. Wajar jika kita pecah. Mereka menjadikan “perpecahan” yang terjadi di zaman sahabat Nabi saw sebagai alasan untuk berpecah. Padahal Allah memerintahkan persatuan dan melarang perpecahan. Mereka ini tentu salah dalam mengambil pelajaran.

• Para pemuka Bani Israil menolak kepemimpinan Talut karena fikriyah yang dibuat-buat, yaitu alasan tidak memiliki dana yang cukup:

أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ

“Bagaiman Talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak”. (al-Baqarah: 247)

• Sekalipun Talut memiliki kapasitas ilmu dan fisik, tetapi selalu ada celah untuk menolak bila di dalam hati sudah ada penyakit. Jika di dalam hati sudah ada penyakit yang kuat maka fikriyah yang sangat ringan sekalipun sudah cukup bisa menimbulkan fitnah di dalam dirinya.

• Sebenarnya berbagai fikriyah ini sangat lemah dan mudah dibantah, karena berbagai alasan yang dikemukakan hanya dibuat-buat dan dipaksakan. Berbagai fikriyah yang lain akan mudah diproduk dan dibuat, manakala sumber dan pangkal munculnya berbagai fikriyah itu tidak diselesaikan dan diobati. Jika sumber dan pangkalnya tidak diselesaikan maka akan muncul berbagai fikriyah yang baru dan selalu ada orang yang terpapar syubhat fikriyah bila di dalam hati ada penyakit yang bernama “zaighun” (kecenderungan untuk menyimpang).

Laman: 1 2 3 4

Tags: ,