Fatihah yang Terlupa

Fatihah yang Terlupa.

“Terserah ummi abi aja” jawabmu kala itu, terlihat pasrah tanpa banyak bicara.

Waktu itupun tiba, kuantarkan kau menuju gerbang cita-cita, kutitipkan kau di pondok, kupasrahkan kau dengan sepenuh jiwa, pada sang pemilik jagat raya.

Semoga semua akan baik -baik saja, sesuai dengan cita-cita dan harapan kita.

Berjuta rasa kala itu yang kuterima. Sedih, karena harus berpisah denganmu.

Terharu, karena aku akan menjadi orang tua dari seorang santri.

Bangga, karena kulihat kau begitu tegar, tak kau tampakkan air matamu di depan orang-orang. Semoga kau salah satu dari lelaki sejati.

Sejak saat itu, kurutinkan selalu setiap ba'da sholat lantunan spesial untuk sulungku, sambil kubayangkan wajah manisnya, berpecikan di kepala, berbalut koko putih sempurna, tak lupa dengan sarung khas ciri seorang santri.

Dua pekan sekali kita bertemu melepas rindu, kulihat gurat bahagia di wajahmu, saat kita bertatap muka, kulihat berjuta asa terpatri di sudut mata beningmu, tampak kau semakin menjadi sosok yang tawadhu, tak kudengar keluh kesah tentang ketidaknyamanan.

Aku bahagia, melihat kau baik-baik saja, bertemankan dengan para guru dan santri sholeh.

Aku gembira tatkala kudengar kau mulai bisa berbahasa arab, mulai bisa mencoret kitab, dan mulai bertambah hafalan Quranmu.

Laman: 1 2 3

Tags: ,