Khutbah Iblis

Ilustrasi

Penghuni Jahannam Meminta Pertanggungjawaban

Orang-orang ini gagal berupaya untuk menyalahkan pemimpin-pemimpin mereka agar hukuman mereka lebih ringan. Namun pemimpin-pemimpin yang durhaka itu mengatakan, “Itu bukan salah kami.” Maka, kepada siapa lagi mereka mencari kambing hitam? Tidak lain, mereka berupaya menyalahkan setelah mereka semua sudah masuk ke dalam Jahannam. Mereka akan mengelilingi dan menyalahkan . Mereka beranggapan jika tidak membuat mereka sesat, tentu mereka tidak akan berada di Jahannam.

Maka saat inilah, Allah mengizinkan Iblis untuk memberikan khutbahnya. Iblis pun berdiri di atas mimbar Jahannam untuk berbicara di depan para pengikutnya di Neraka.

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ ۖ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

Dan Asy-Syaithan (yaitu Iblis) berkata ketika hisab telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kalian janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kalian, tetapi aku mengingkarinya. Aku tidak berkuasa atas kalian, tetapi aku hanya mengajak kalian, lalu kalian mematuhi ajakanku. Oleh karena itu, janganlah kalian menyalahkan aku, tetapi salahkanlah diri kalian sendiri. Aku tidak dapat menolong kalian, dan kalian pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Allah) di dunia lalu.” Sungguh, orang yang dzhalim akan mendapat siksaan yang pedih. (QS Ibrāhīm, 14: 22)

Iblis menyampaikan suatu kenyataan bahwa penghuni Jahannam itu dahulu punya dua tawaran janji, dua paradigma kehidupan yang bisa dipilih: janji dari Allah dan janji dari Iblis.

Iblis sama sekali tidak menyembunyikan janji Allah kepada mereka. Semua janji Allah sudah jelas di dalam Al-Qur'ān dan Sunnah Rasul-Nya.
Iblis pun tidak menyangkal bahwa dia pun memberi janji. Ikuti dirinya, mereka akan hidup enak sepanjang masa, mengikuti semua keinginan hawa nafsu.

Namun pada hari itu, mereka sudah bisa melihat janji mana yang sudah ditepati dan ditetapkan. Mereka melihat Ahli Jannah masuk Surga dan kalian Ahli Jahannam masuk Neraka. Dan mereka sudah lihat, Iblis mengingkari janjinya. Iblis berbohong kepada mereka tentang kenikmatan yang dia janjikan.

Iblis kemudian melanjutkan, فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ,“ jangan salahkan dirinya, salahkan diri mereka sendiri. Mengapa?

“وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي,“ Iblis tidak berkuasa atas dir mereka, Iblis sama sekali tidak memaksa mereka untuk bermaksiat kepada Allah, Iblis tidak mengontrol mereka seperti robot yang bisa dia kendalikan. Apa yang Iblis lakukan hanya mengajak mereka, berdakwah kepada mereka, lalu mereka dengan senang hati mematuhi ajakan dan dakwah dirinya.

“مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ,“ Pada hari itu, mereka dan Iblis berakhir di Jahannam. Iblis tidak dapat menolong mereka, dan mereka pun tidak dapat menolong Iblis. Tidak ada gunanya saling salah-menyalahkan. Tidaklah keluhan dan gerutuan mereka bisa menolong Iblis, ataupun sebaliknya.

Di akhir khutbahnya, Iblis berkata, “إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ,“ Hari itu, Iblis berlepas diri dari semua perbuatan maksiat mereka di dunia yang lalu. Jadi Iblis berkata, “ إِنِّي كَفَرْتُ sungguh aku kufur,” kepada أَشْرَكْتُمُونِ perbuatan mereka yang menyekutukan dirinya dengan Allah. Kufur atau kafir di sini, bermakna melepaskan dan memutus semua hubungan. Mempersekutukan Iblis dengan Allah maksudnya adalah bahwa manusia-manusia itu dulunya di dunia mematuhi, percaya, dan mengikuti ajakan Iblis, padahal mereka seharusnya mematuhi dan mengikuti perintah Allah dan beriman kepada Allah ﷻ. Dan ini adalah bentuk ibadah dan penyembahan mereka kepada Iblis, menyekutukan Iblis dengan Allah.

Di akhir khutbahnya ini, Iblis menekankan bahwa dia memutuskan diri dari penyembahan manusia-manusia Ahli Jahannam itu.

Lalu Allah akhiri ayat ini dengan berfirman, “إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ Sungguh, orang yang dzhalim akan mendapat siksaan yang pedih.”

Hikmah Penciptaan Iblis
Ibnul Qayyim menuliskan dalam kitabnya Syifa'ul ʿAlil (شفاء العليل) bahwa kadang-kadang manusia bertanya, apa hikmahnya Allah menciptakan Iblis? Dalam karya akademiknya, Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa salah satu hikmah diciptakannya Iblis adalah bahwa Allah ﷻ dengan rahmat-Nya mewujudkan keburukan dan kejahatan dalam satu tokoh yang nyata. Fakta dengan adanya satu tokoh yang nyata ini membuat kita semakin sadar dan paham akan siapa yang harus kita musuhi, yaitu Sang Setan, Iblis. Allah mengatakan bahwa Iblis adalah musuh kita.

Dalam kisah penciptaan ayah dan ibu kita, Adam dan Hawwa', Iblis menggoda keduanya dan Iblis menyebabkan kejatuhan keduanya dari Surga. Siapa saja yang mencelakakan keluarga kita, pasti kita akan marah kepadanya. Jadi ketika Iblis yang nyata ini menyebabkan terusirnya ayah dan ibu kita dari Surga, bagaimana mungkin kita tidak membenci dan menghinakannya.
Kita harus menjadikan Iblis sebagai musuh dan jangan sampai menjadikannya teman. Iblis berkata kepada Allah saat ia diusir dari kedudukannya yang tinggi,

… فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ.

… “Karena Engkau telah memutuskan aku sesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS Al-Arāf, 7: 17-18)

Allah-lah yang menciptakan Iblis. Maka kita sudah seharusnya berlindung kepada Allah dari segala macam upaya Iblis dalam mengajak kita kepada keburukan.

Istilah setan atau syaithan lebih luas maknanya. Istilah syaithan berasal dari kata syathana yang bermakna segala sesuatu yang dapat menyebabkan tersesat. Maka setan atau syaithan adalah semua makhluk yang dapat membawa kita kepada kesesatan, kejahatan, menjauhkan kita dari shirathal mustaqim.
Dari Al-Qur'ān, kita memahami bahwa bahwa syaithan tidak hanya terdiri dari para pengikut Iblis dari golongan jin, namun ada juga pengikut Iblis dari golongan manusia: setan-setan dari golongan jin dan setan-setan dari golongan manusia. Dalam Ṣaḥīḥ Al-Bukhārī, dituliskan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda bahwa ada segolongan manusia menjadi دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ daʿi yang mengajak menuju gerbang Jahannam. Mereka daʿi, tetapi bukan berdakwah kepada Allah, melainkan mereka berdakwah mengajak kita mengikuti jalan Iblis menuju gerbang Jahannam. Dan kita berlindung kepada Allah dari manusia-manusia seperti ini.

Berlindung dari Godaan dan Ajakan Setan
Cara yang pertama dan paling utama adalah dengan membangun keikhlasan dalam jiwa kita. Kita bisa mengembangkan keikhlasan kita dengan terus-menerus melakukan ibadah saat orang lain tidak melihat: membaca Al-Qur'ān, berdzikir, shalat sunnah, puasa sunnah, shadaqah sunnah, umrah sunnah, dan tidak ada yang melihat kita, kecuali Allah. Tapi ingat: ini hanya untuk shalat sunnah, puasa sunnah, dan shadaqah sunnah, kita boleh sembunyikan. Tetapi untuk shalat fardhu 5 waktu, jangan kita lakukan sembunyi-sembunyi. Kita upayakan agar kita laksanakan shalat fardhu 5 waktu ke masjid dan menjadikannya syi'ar agama Islam; agar orang tahu bahwa kita adalah Muslim, karena shalat 5 waktu adalah pembeda antara kita dengan orang-orang yang kafir. Begitu pula Puasa Ramadhan, zakat-zakat wajib seperti zakat mal dan zakat fitrah, harus kita lakukan terang-terangan agar tidak muncul fitnah di kalangan Muslim bahwa kita meninggalkan kewajiban dan perintah Allah.
Dalam Al-Qur'ān, disebutkan bahwa Iblis berkata,
… فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ.
“Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS Ṣād, 38: 82-83)
Cara yang kedua adalah dengan katsratudz dzikr wa katsratu istiʿadzah, memperbanyak dzikir dan memohon perlindungan kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'ān,
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌۭ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS Fuṣṣilat, 41: 36)

Jadi, perbanyaklah dzikir dan ta'awudz. Ketika kita masuk ke toilet, aʿudzubillah. Setiap masuk ke rumah dari bepergian, ucapkan bismillah. Setiap saat terjadi sesuatu, kita sebut nama Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa setan lari dari rumah yang dibacakan Surat Al-Baqarah di dalamnya. Al-Qur'ān adalah dzikir yang paling baik. Rasulullah ﷺ juga mengatakan bahwa dzikir adalah hishnul hashin, benteng yang dilindungi.
Dan terakhir, cara ketiga untuk melindungi diri kita dari dakwah dan ajakan setan adalah dengan selalu bersama dan bersahabat dengan orang-orang yang shalih. Ketika kita sendirian, apalagi ditemani sahabat-sahabat yang buruk, setan akan lebih mudah menggoda dan mengajak kita pada keburukan.

Maka dari itu, masjid itu penting, Shalat Fardhu berjama'ah itu penting, Shalat Jumat itu penting. Pengajian yang rutin itu penting. Selalu bersama dengan orang-orang shalih adalah benteng yang kuat untuk melindungi diri kita dari godaan setan.***

Laman: 1 2 3

Tags: , , ,