Kemeriahan Pesta Tak Akan Cukup untuk Menjaga Keharmonisan Pernikahan

Dalam menyiapkan sehari itu, pengantin perempuan khususnya di budaya Barat, rela dan tega merepotkan orang-orang di sekitarnya dengan berbagai tuntutan moril dan materiil. Calon pengantin perempuan mencoba meyakinkan orang-orang di sekitarnya bahwa “dirinya dan pernikahannya adalah hal terpenting di dunia ini” yang wajib diurus dan diperhatikan (Wantania, 2012).

Tetapi apakah kehebohan itu memberikan pengaruh signifikan terhadap keharmonisan ? Sepertinya tidak. Realitasnya, sejak tahun 1970-an, persentase orang Amerika yang memilih untuk mengakhir telah melebihi 40 % (Riley, 2014). Tentu ini adalah angka yang sangat tinggi.

Sebuah survei terhadap 4.000 orang yang bercerai, dalam rentang usia 18 hingga 60 tahun menunjukkan, perselingkuhan menjadi alasan paling umum untuk perceraian. Hampir 37 % responden menyebut perselingkuhan mereka sendiri atau pasangan mereka, sebagai penyebab perceraian (Riley, 2014).

Sebagaimana kehebohan menyiapkan lebih banyak dilakukan kaum perempuan, rupanya kehendak bercerai juga mayoritas dilakukan kaum perempuan. Studi tersebut menunjukkan data, 55 % perempuan menginginkan perceraian dan hanya 20 % laki-laki yang menyatakan bahwa mereka menginginkan perceraian (Riley, 2014).

“Pernikahan mungkin merupakan akhir dari sebagian besar dongeng, namun seharusnya menjadi awal dari kemitraan jangka panjang”, ujar Riley. Tidak cukup hanya dengan memikirkan renik-renik perlengkapan dan perhiasan . Yang lebih penting lagi adalah menyiapkan reni-renik penjaga keharmonisan dan kelanggengan hidup berumah tangga.***

Laman: 1 2 3

Tags: , ,