Kemeriahan Pesta Tak Akan Cukup untuk Menjaga Keharmonisan Pernikahan

Ketika lamaran diterima dan tanggal sudah ditetapkan, “Itulah saat di mana euforia akan ide merekah di benak sang calon pengantin perempuan. Sekaligus pertanda dimulainya sebuah fase di mana seorang perempuan akan menyerahkan hidupnya untuk mempersiapkan perayaan sehari yang tak terlupakan seumur hidup” (Wantania, 2012).

Calon pengantin perempuan menjadi sangat sibuk dengan segala sesuatu yang terkait dengan . Mungkin saja saat menjelang menikah itu ia telah memiliki pekerjaan penuh waktu, namun ia sangat sibuk melakukan berbagai hal yang berbeda: “memilih artefak ritual penting untuk hari pernikahannya” (Otnes, 2003).

“The bride, who these days probably already has a full-time jobs, takes on what will seem at times like another one: selecting the important ritual artifacts for her wedding day” (Otnes, 2003).

Kesibukan dan kehebohan menyiapkan sehari dengan biaya sangat mahal seperti ini, disebut oleh Howard (2006) sebagai sindrom bridezilla. Istilah ini muncul dari penggabungan satire, dari bride (pengantin perempuan) dan godzilla (binatang raksasa purba).

Bridezilla syndrome merujuk kepada sebuah kondisi dimana calon pengantin perempuan sedemikian perfeksionis dalam menyiapkan , sampai kesalahan dan kekurangan kecil sekalipun bisa menbuatnya sangat panik dan kacau. “A new breed of soon-to-wed women who abuse the idea that weddings are their day” (Morales, 2002).

Laman: 1 2 3

Tags: , ,