Pilkada dan Pemilu adalah Tolok Ukur Evaluasi Wa’yu Siyasi Islami

Oleh: KH. Hilmi Aminuddin

Ikhwan dan akwat fillah

Bila kita kini melihat pertumbuhan wa’yu siyasi (kesadaran politik) di Indonesia, maka salah satu tolok ukurnya adalah Pemilu. Pada Pemilu pertama yang demokratis di Indonesia yakni tahun 1955, konstelasi politik Islam menghasilkan 45%. Di zaman Soeharto, Pemilu sekedar dekorasi demokrasi karena perolehannya sudah dijatah dan di setiap pemilu Golkar mendapatkan suara lebih kurang 75%, PPP 22% dan PDI 3%. Bahkan partai-partai politik tersebut tidak bisa memilih Ketuanya sendiri secara bebas melainkan harus atas persetujuan penguasa. Barulah di tahun 1999, dilangsungkan lagi Pemilu kedua yang demokratis atau Pemilu pertama di masa Reformasi, namun ternyata wa’yul Islami di bidang politik di Indonesia terus merosot, dari 45% di tahun 1955 hingga kini di Pemilu 2009 tinggal 23% suara bagi partai Islam atau berbasis massa Islam yang itu pun terpecah di 4 partai.

Laman: 1 2