Belum selesai mereka berbicara, terdengar pintu rumah diketuk. “Siapa yang mengetuk pintu?” tanya mereka.
“Kami pengawal Khalifah. Sesunggunya Amirul Mukminin meminta air minum kepada kalian,” jawab si pengetuk pintu.
Mereka segera memenuhi geribah para pengawal dengan air. Ketika air diberikan kepada Khalifah dan rombongan, segera mereka meminumnya karena kehausan. Khalifah benar-benar merasakan kelezatan pada air tersebut.
“Dari mana kalian mendapatkan air ini?” tanya Khalifah.
“Dari rumah Hatim,” jawab pengawal.
“Panggil Hatim supaya aku dapat membalas budinya,” perintah Khalifah.
“Ia sedang berhaji. Hanya keluarganya yang ada di rumah,” jawab pengawal.
Amirul Mukminin melepas ikat pinggangnya. “Ini aku serahkan untuk keluarga Hatim,” ujar Khalifah. Sabuk milik Khalifah terbuat dari kain tenun mewah yang bertabur permata yang sangat mahal harganya.
“Siapa yang yang ingin bersamaku?” tanya Khalifah.
Semua anggota rombongan yang sedang bersama Khalifah turut melepaskan ikat pinggang masing-masing. Terkumpullah ikat pinggang dalam jumlah yang banyak.
Salah seorang pedagang yang turut dalam rombongan membeli semua ikat pinggang tersebut dengan emas. Inilah yang diserahkan kepada keluarga Hatim. Berikutnya, pedagang yang membeli ikat pinggang tersebut mengembalikan lagi ikat pinggang kepada para pemiliknya.
Mendapatkan hadiah berupa harta yang sangat banyak tersebut, keluarga Hatim bersyukur dan berbahagia. Mereka belum pernah mendapatkan harta sebanyak itu sebelumnya. Ini adalah harta terbanyak yang pernah merekaperolah dalam kehidupan.
Namun putri Hatim menangis. Sang ibu bertanya, “Perkaramu sungguh mengherankan wahai putriku. Saat kami menangis karena lapar, kamu tertawa. Namun ketika Allah telah memberikan jalan keluar kepada kita, kamu malah menangis. Mengapa kamu berlaku demikian?”
“Makhluk yang tidak menguasai manfaat maupun madharat untuk dirinya sendiri ini (yaitu Khalifah / Raja), melihat kepada kita dengan pandangan iba. Ia telah mencukupi kebutuhan kita. Lalu bagaimana kiranya dengan rajanya para raja (yaitu Allah)?” tanya sang putri.
Demikianlah Allah telah membuktikan janjiNya kepada hamba yang benar-benar bertaqwa dan bertawakal kepadaNya.***