PKS Kepri – Potensi perikanan di perairan Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau mencapai triliunan rupiah dengan jumlah ikan budidaya dan hasil tangkapan yang melimpah, kata Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Suspol) Indonesia Ubedilah Badrun.
“Berdasarkan hasil riset lapangan kami, hasil tangkapan ikan oleh nelayan tradisional dengan alat yang sangat sederhana di perairan Natuna bisa mencapai Rp9 triliun per tahunnya,” kata Ubedilah di Jakarta, Jumat (12/12/2014).
Berdasarkan riset dengan mewawancarai nelayan, peneliti Suspol mendapat informasi setiap satu kapal motor nelayan bisa mengangkut 50 kilogram ikan sekali melaut. Dari 10 kecamatan atau daerah tangkapan ikan di Natuna, ada 3.033 kapal motor nelayan yang melaut setiap harinya.
Peneliti Suspol berasumsi nelayan melaut sebanyak 240 kali dalam setahun dengan asumsi harga ikan Rp50 ribu per kilogram. Dengan hitungan tersebut, tangkapan ikan oleh nelayan tradisional Kabupaten Natuna bisa mencapai Rp9 triliun lebih per tahun. Sedangkan hasil tangkapan dari praktik pencurian ikan, papar Ubedilah, jauh lebih banyak dari hasil tangkapan kapal nelayan. “Kapal dengan kapasitas 50 gross ton bisa mengangkut 40 kilogram per hari,” kata dia.
Selain itu, hasil penelitian Suspol juga memaparkan bahwa perairan Natuna menyumbang 21,10 persen hasil tangkapan ikan dari seluruh potensi perikanan tangkap di seluruh Indonesia. Potensi hasil tangkapan dan potensi pencurian ikan di Natuna diperkirakan mencapai 1.261.980 ton per tahun, dari hasil tangkapan ikan Indonesia sebanyak 5.950.000 ton per tahun.
Hasil penelitian juga memaparkan data hasil budidaya ikan di Natuna dengan beragam jenis ikan bernilai tinggi. “Ikan budidaya paling mahal itu namanya ikan napoleon, harganya bisa Rp900 ribu per kilogram, dan itu melimpah ruah,” terang Ubedilah.
Selain Napoleon, ikan budidaya yang juga bernilai tinggi adalah ikan kerapu dan ikan kakap dengan harga jual mulai dari Rp140 ribu hingga Rp380 ribu per kilogram.[antara]