Meneladani Rasulullah Saw Menjadi Orang Tua Idaman yang Penuh Kelembutan

Ustadzah Muharrikah Romadhoniyah (jilbab oranye) mengisi kajian RKI di Batam Kota
Bagi anak, orang tua adalah bagian keluarga yang paling berharga dalam hidupnya, karena keduanya telah merawat dan mengantarkannya hingga menjadi individu yang dewasa dan mandiri, terutama bagi ibu yang telah mengandung dan mengasuh dengan sepenuh jiwa raga.

Karena berharga, semestinya orang tua juga menjadi sosok teladan dan idaman tidak hanya bagi anak-anak tetapi bagi semua orang di mana keteladanan tersebut ada dalam sifat dan sikap yang dapat dirasakan secara lahiriah.

Setiap muslim menjadikan Rasullulah Muhammad Saw sebagai teladan terbaik dalam perilaku. Dalam banyak kisah, Rasulullah Saw disebutkan memiliki kelembutan hati kepada orang lain, terhadap orang yang memusuhinya sekalipun, sehingga banyak yang bersimpati dan menyebabkan musuhnya justru mengikuti agama Islam yang dibawakan.

Rahasia kelembutan Rasulullah Saw adalah karena rahmat Allah Swt seperti yang disebutkan dalam Surah Ali Imran: 159.

 فَبِمَا رَحۡمَةࣲ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِیظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِی ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ یُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِینَ 

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

Menurut Ustadzah Muharrikah Romadhoniyah, yang mengisi kajian RKI di majelis taklim di Perumahan Botania Garden pada akhir Oktober 2022 lalu; untuk menyuburkan benih kelembutan dalam jiwa orang tua perlu mengupayakan tercapainya rahmat Allah tersebut, seperti di bawah ini.

1. Senantiasa berbuat baik (QS. Al-A’raf: 56)
وَلَا تُفۡسِدُوۡا فِى الۡاَرۡضِ بَعۡدَ اِصۡلَاحِهَا وَادۡعُوۡهُ خَوۡفًا وَّطَمَعًا‌ ؕ اِنَّ رَحۡمَتَ اللّٰهِ قَرِيۡبٌ مِّنَ الۡمُحۡسِنِيۡنَ

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”

2. Menyimak dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an (QS. Al-A’raf: 204)
وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.”

3. Bertakwa (QS. Al-Hujurat: 10)
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْن

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

Ketika rahmat Allah sudah didapat, biidznillah seseorang akan mudah meraih kelembutam hati, lalu akan mudah meneladani Rasulullah Saw dalam menanggapi kesalahan yang dilakukan para sahabat; seperti dalam Surah Ali Imran: 159 di atas.

1. Fa’fu ‘anhum (memaafkan mereka)
2. Wastaghfir lahum (memintakan ampunan pada Allah atas kesalahan mereka)
3. Wa syaawirhum fil amr (mengajak mereka bermusyawarah)

Orang tua juga bisa menerapkan hal ini saat dihadapkan dengan sikap anak yang keliru. Memaafkan mereka, memintakan ampunan untuk mereka, serta berdiskusi terkait sikap mereka dan membuat kesepakatan.

Jika sudah berazam untuk sebuah perbaikan atas sikap anak misalnya, maka bertawakkal dengan terus optimis dan husnudzan bahwa Allah akan memperbaiki sikap anak kita tersebut. Memberikan ananda kepercayaan untuk menjadi lebih baik, mendoakan mereka yang sudah komitmen untuk berubah dan menyandarkan hidayah hanya kepada Allah Ta’ala.

Wallahu a’lam bi shawab.