Kisah Maryani Hapuskan Buta Huruf Alquran di Belakang Padang

Beberapa orang di antara kita mungkin terpikir, di zaman modern serba canggih saat ini tak mungkin ada orang dewasa yang tidak kenal baca tulis huruf latin dan hijaiyah. Namun bila kita masuk dan menelisik kehidupan sehari-hari masyarakat, kenyataannya masih banyak penduduk yang tidak mengenal huruf, terutama huruf hijaiyah atau huruf Alquran.
Kondisi tersebut juga terjadi di Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam. Di mana kecamatan ini merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 108 pulau dan 43 di antaranya pulau berpenghuni.
Di Kecamatan Belakang Padang masih ada yang belum fasih mengeja huruf Alquran, dan mereka tidak malu untuk belajar rutin sepekan sekali meskipun usia tidak lagi muda dan kemampuan untuk menyerap ilmu juga tidak seperti anak-anaknya yang masih usia sekolah.
Adalah Ketua Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Belakang Padang yang bernama Maryani, yang mengadakan Kelas Rutin Membaca Alquran untuk dewasa di rumahnya yang berada di Pulau Sekanak, Kelurahan Sekanak Raya, Kecamatan Belakang Padang. Ibu dengan tujuh orang anak ini menceritakan bagaimana Kelas Rutin Membaca Alquran untuk dewasa itu bermula.
Majelis taklim sudah terbiasa dan rutin diadakan di lingkungan setempat dan diawali dengan pembacaan Surah Yaasin yang dipimpin salah seorang dari pengurus atau jamaah. Suatu ketika Maryani yang menjadi pengisi materi tausiyah di majelis taklim meminta jamaah bergantian memimpin pembacaan Surah Yaasin tetapi banyak yang menolak dengan alasan tidak lancar bahkan tidak bisa membaca huruf Alquran.
Maryani yang juga istri dari Anggota DPRD Kota Batam dari PKS, Amri Bedu, merasa prihatin dengan kondisi ini, sedangkan usia mereka antara 30-an hingga 60 tahun.
“Nah, dari situ lah timbul ide mengajak ibu-ibu untuk belajar mengenal huruf hijaiyah sebelum sampai ke tahap membaca Alquran,” ujar Maryani yang kemudian meneruskan cerita.
Alhamdulilah, awal mula ada 4 orang yang menyambut ajakan belajar ini. Setiap habis shalat dhuhur sampai menjelang ashar tiap hari Senin mereka datang ke rumah, memulai belajar membaca huruf hijaiyah dari nol dengan menggunakan metode Kibar. Itu terjadi bulan September 2020.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Sampai sekarang sudah satu tahun lebih dan Alhamdulillah sudah ada yang pandai baca Alquran. 
Sekarang ini, November 2021, sudah ada 17 orang peserta yang rutin dan konsisten mengikuti pembelajaran. Peserta belajar dibagi menjadi 2 kelompok, 10 orang belajar membaca dengan metode Kibar dan 7 orang lagi sudah tahapan membaca kitab Alquran.
Dengan usia mereka yang sudah dikatakan tidak lagi muda dan daya tangkap yang berbeda-beda dalam menyerap ilmu, butuh kesabaran bagi seorang pengajar. Memang seperti pepatah yang menyebut, “belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas 
batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air”.
“Tetapi karena semangat dari ibu-ibu tersebut walaupun sudah lansia dan masih ingin belajar, timbullah satu kepuasan tersendiri bagi saya,” ujar Maryani mengakhiri cerita.