Dr Salim Minta Legislator PKS Kepri Perjuangkan Perawatan Manuskrip Kuno Melayu

TANJUNGPINANG (17/12) — Ketua Majelis Syuro PKS Dr Salim Segaf Al-Jufri didaulat menjadi khatib dan imam shalat Jumat di Masjid Raya Sultan Riau, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Usai menjadi imam shalat Jumat, Dr Salim menilik koleksi kitab-kitab dan manuskrip yang tersimpan di Masjid Raya Sultan Riau.
Ada sekitar 1200-an kitab yang tersimpan di masjid peninggalan Kesultanan Riau Lingga ini. 
Beberapa koleksinya nampak sudah termakan usia dan belum mendapat perawatan yang memadai. Salim pun meminta agar perhatian terhadap pelestarian manuskrip dan koleksi kitab yang banyak dari tahun 1700-an bisa dilestarikan.
“Sepertinya perlu dibuat perpustakaan khusus nanti bisa diusulkan ke Pemerintah Daerah dianggarkan APBD dibangunlah perpustakaan untuk kitab-kitab dan manuskrip ini. Agar orang bisa datang, meneliti dan yang penting terjaga bentuknya karena disimpan di lemari seperti ini lama-lama bisa rusak,” ungkap Dr Salim.
Dr Salim menyebut katalog yang belum ada juga penting untuk memetakan kekayaan manuskrip peninggalan Kesultanan Riau Lingga. Terlebih dari sini berkembang bahasa Melayu asli yang jadi cikal bakal bahasa Indonesia. Ia juga mendapat info jika Buya Hamka pada tahun 50-an sengaja mendatangi Pulau Penyengat untuk mencari referensi kitab Al Umm karya Imam Syafii. 
“Jika ada katalog bisa dipetakan mana manuskrip yang salinannya di dunia tidak ada, hanya ada disini itu bisa dibuakan semacam museum. Jadi saya minta Anggota DPRD dari PKS bisa memperjuangkan ini,” ungkap Salim.
Salim menyebut selain perlindungan dan perawatan manuskrip kuno, perlu digitalisasi dokumen langka, sehingga bisa diakses masyarakat luas. 
“DPP PKS juga sudah inisiasi digital library. Harus diperjuangkan untuk menjaga sejarah dan budaya lokal,” kata Salim.
Anggota Komisi IV DPRD Kepulauan Riau Fraksi PKS Wahyu Wahyudin mengaku siap untuk memperjuangkan perawatan manuskrip di Pulau Penyengat sesuai arahan Ketua Majelis Syuro PKS. 
Wahyu menyebut pihaknya akan memperjuangkan dan mengawal anggaran untuk perawatan manuskrip kuno ini di APBD.
“InsyaAllah kami akan memperjuangkan dan mengawal agar biaya perawatan manuskrip dianggarkan di APBDP 2022 atau, APBD murni 2023. Karena ini sangat penting sekali untuk ke berlangsungan sejarah Melayu penyengat,” ungkap Wahyu.
Di sisi lain, Wahyu meminta agar Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau juga serius dalam melestarikan sumber-sumber sejarah yang ada di Kepri. 
“Saya berharap Pemprov harus serius dalam hal ini karena sumbangsih Melayu bagi peradaban Indonesia sangat besar dan kita di sini justru yang bertanggung jawab dalam menjaganya,” ujar Wahyu.