Setiap yang berjiwa pasti akan mati, dan di akhirat nanti akan disempurnakan balasan atas setiap amal perbuatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَاِ نَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّا رِ وَاُ دْخِلَ الْجَـنَّةَ فَقَدْ فَا زَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَا عُ الْغُرُوْرِ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.”
[QS. Ali Imran (3): 185]
Kematian adalah sebuah keniscayaan, tak bisa dihindari, ditangguhkan, dimajukan ataupun dimundurkan waktunya.
Ketika duka kematian datang pada seseorang yang dekat tentu kita ingin melakukan yang terbaik untuk almarhum. Di antaranya adalah mengurus jenazah dengan sebaik-baiknya sesuai tuntunan syariat Islam.
Pengurusan jenazah (janaiz) dalam Islam merupakan fardhu kifayah (kewajiban kelompok) dimana pelaksanaannya tak cukup bermodal keberanian semata, tapi dibutuhkan ilmu yang memadai.
Untuk memperdalam ilmu janaiz tersebut, para ibu anggota Majelis Taklim Perumahan Taman Lestari, Kibing mengikuti kajian “Penyelenggaraan Jenazah” bersama Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Batu Aji hari Sabtu, 15 Januari 2022 lalu.
Ketua RKI Batu Aji Nuriati yang menjadi narasumber menjelaskan pentingnya mempelajari ilmu janaiz sebagai fardhu kifayah.
“Belajar ilmu fardhu kifayah (janaiz) ini penting agar apa yang kita lakukan tidak sekedar sebagai ritual belaka, tapi ada nilai ibadahnya,” kata Nuri
Meski penyelenggaraan jenazah hukumnya fardhu kifayah, namun ilmu tersebut sangat penting untuk dipelajari oleh semua muslim.
“Sudah seyogyanya ada pengkaderan dalam tim janaiz, sehingga jika ada tim yang berhalangan, tim yang lain bisa menggantikan,” tambah Nuri.
Kajian ini diisi dengan materi dan praktik langsung pengurusan jenazah dengan salah satu peserta menjadi model.