PALU – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah menegaskan diri untuk terbuka bagi seluruh anak bangsa. Bagi PKS, apa pun suku, agama, etnis dan di mana pun berada di negeri ini, adalah anak bangsa yang siap untuk bekerja dan bergandengan tangan mewujudkan cita-cita bangsa itu sendiri.
“Jadikan partai ini milik semua masyarakat. Bukan lagi saatnya memanfaatkan masyarakat untuk kepentingan partai. Jika kita terbuka untuk masyarakat, maka mereka tidak akan merasa dimanfaatkan, tetapi sudah merasa menjadi bagian dari partai,” kata Ketua Majelis Syuro PKS, Habib Dr Salim Segaf Aljufri, saat melakukan pertemuan dengan sejumlah jurnalis di Palu, Jumat (13/5/2022).
PKS sendiri berkomitmen melakukan beberapa hal jika menang pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
“PKS jika menang Pemilu, bukan berarti yang hal-hal yang lama harus ditinggalkan semua. Jika ada yang baik, harus dipertahankan atau diperbaiki. Seperti di zaman orde baru, tidak semuanya tidak bagus. Semisal swasembada pangan, program itu cukup baik untuk masyarakat, cuma memang sekarang riset kita lemah,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, jika PKS bisa menjadi partai pemenang dalam Pemilu, maka hal penting lain yang akan dilakukan adalah membangun kepercayaan masyarakat, minimal di tiga bulan pertama.
“Misalnya terkait dana bansos yang nilainya mencapai Rp100 triliun, maka dari awal harus transparan kepada masyarakat. Menteri yang gagal di tahun pertama, ganti. Libatkan seluruh komponen masyarakat terutama mahasiswa,” tuturnya.
Salah satu cucu Habib Sayyid Idrus bin Salim (SIS) Aljufri itu menambahkan, hal lain yang tidak mudah dilakukan adalah bagaimana menjadikan pejabat tidak libatkan keluarganya untuk mendapatkan proyek.
Terkait figur yang nantinya akan diusung pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden nanti, menurutnya PKS saat ini PKS sedang menokohkan figurnya untuk sejajar dengan tokoh-tokoh nasional.
“Kita sampai saat ini masih memunculkan penokohan. Sekaligus menepis stigma, misalnya PKS wahabi, teroris, radikal dan macam-macam. Kita hadapi. Sekarang semua berhasil ditepis, orang tahu Ketua Dewan Syuro itu cucu Guru Tua, mana mungkin cucu Guru Tua radikal,” jelasnya.
Sejauh ini, kata dia, PKS juga membuka diri dengan partai politik yang lain. Bahkan, kata dia, PKS siap berkoalisi dengan PDI-Perjuangan.
“Justru mungkin sebagian di PDI-Perjuangan yang tidak mau berkoalisi. Perbedaan itu keniscayaan, namun titik temu juga ada,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Dr Salim juga sempat menyampaikan keprihatinannya terkait perkawinan sejenis antara pria Indonesia dengan Jerman.
Menurutnya, hal itu jelas bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Belum lagi, kata dia, Indonesia sendiri adalah negara agamis. Apa pun agamanya, kata dia, pasti akan menentang perilaku tersebut.
“Saya sebagai mantan Mensos, saya melihat LGBT ini adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial, kondisi yang tidak sehat dan bisa diobati. Kalau ini dibiarkan, maka bisa-bisa nanti ada partai LGBT,” selorohnya.
Pertemuan dengan jurnalis ini adalah rangkaian dari agenda kunjungan Dr Salim pada peringatan Haul ke-54 SIS Aljufri atau Guru Tua di Palu.
Selain dengan jurnalis, sehari sebelumnya ia juga melakukan pertemuan dengan puluhan ketua dan perwakilan organisasi kemasyarakatan serta ketua-ketua adat di Sulawesi Tengah.