Oleh: Aunur Rafiq Saleh
ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ
“…petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (QS. Al-Baqarah: 2)
* “Petunjuk bagi mereka yang bertakwa” artinya menunjukkan jalan yang lurus disertai dengan menolong dan menuntun pengamalan hukum-hukum al-Quran, karena mereka telah mengambil cahayanya dan memetik berbagai buahnya.
• Ayat ini menyebutkan hidayah bagi orang-orang yang bertakwa secara khusus karena manusia tidak dapat menerima hidayah kitab-kitab yang diturunkan Allah dan dakwah para Nabi-Nya selama belum mencapai tingkatan tertentu dari ketakwaan.
• Orang-orang bertakwa yang disebutkan di dalam ayat ini adalah orang-orang yang jiwa mereka telah meningkat ke tingkatan yang layak mendapatkan hidayah dan memiliki kesiapan untuk menerima cahaya kebenaran dan berusaha mencapai keridhaan Allah sesuai tingkat pemahaman dan usaha yang telah dicapai dan diupayakan.
• Kata المتقين bentuk tunggalnya adalah متق, berasal dari mashdar (infinitive atau kata benda): ittiqa’ (اتقاء ). Di dalam bahasa Arab dikatakan ( اتقى بترسة ) ittaqa bi-tursatin: “Ia menjadikan tameng sebagai penghalang antara dirinya dan orang yang akan mencelakakannya”. Seolah-olah orang yang bertakwa (المتقى ) itu menjadikan pelaksanaan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya sebagai tameng yang menghalangi dirinya dari siksaan Allah.
• Jadi takwa adalah menghindarkan atau melindungi diri secara sempurna dari segala sesuatu yang membahayakannya di dunia dan akhirat.
Tingkatan Takwa:
1- Menghindari kekafiran. Ini merupakan tingkatan Islam (مقام الاسلام ).
2- Menghindari berbagai maksiat dan hal yang diharamkan. Ini merupakan tingkatan taubat (مقام التوبة ).
3- Menghindari berbagai syubhat. Ini merupakan tingkatan wara’ ( مقام الورع).
4- Menghindari hal-hal yang mubah. Ini merupakan tingkatan zuhud ( مقام الزهد).
5- Menghindari hadirnya selain Allah ke dalam hatinya. Ini merupakan tingkatan ‘menyaksikan keagungan Allah’ (مقام المشاهدة ).
• Hidayah al-Quran meliputi semua tingkatan (مقام ) di atas. Hidayah umum dengan Islam, hidayah khusus dengan iman dan ihsan, hidayah lebih khusus lagi dengan menyingkap berbagai tabir ( مكاشفة) dan menyaksikan berbagai keagungan Allah (مشاهدة).
• Sedangkan hukuman yang dihindari ada dua: Duniawi dan ukhrawi. Masing-masing dihindari dengan menjauhi sebab-sebabnya.
• Hukuman dunia dihindari dengan mengetahui berbagai sunnatullah pada ciptaan-Nya dan tidak menyalahi berbagai sistem atau hukum yang ditetapkan pada alam raya. Misalnya menghindari kegagalan dan kekalahan dalam peperangan dilakukan dengan mengetahui berbagai strategi, seni dan sarana peperangan sebagaimana diisyaratkan dalam ayat:
وَاَ عِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَا طِ الْخَـيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu …” (QS. Al-Anfal: 60)
* Sebagaimana juga dilakukan dengan menyiapkan kekuatan maknawiyah ( قوة معنوية)berupa soliditas barisan, persatuan umat, kesabaran, keteguhan, tawakal kepada Allah, tidak sombong dan ikhlas mengharap pahala-Nya.
• Sedangkan hukuman akhirat dihindari dengan iman yang murni (tauhid) dan amal saleh serta menjauhi hal-hal yang bertentangan dengannya seperti kemusyrikan dan berbagai kemaksiatan yang membahayakan individu dan masyarakat.
• Diantara hal yang bisa dijadikan dorongan untuk bertakwa adalah:
a- Takut siksa akhirat.
b-Takut siksa dunia.
c- Berharap pahala akhirat.
d- Berharap balasan yang baik di dunia.
e-Takut hisab yang buruk di akhirat.
g- Malu dilihat Allah ( مقام المراقبة).
h- Mensyukri berbagai nikmat dengan menaati-Nya.
h- Mengagungkan kemuliaan Allah (مقام الهيبة ).
i- Cinta yang tulus.
• Beberap sifat orang-orang bertakwa yang disebutkan setelah ayat ini (al-Baqarah: 3-5) mengingatkan urgensi sifat-sifat tersebut dalam mewujudkan ketakwaan, terutama karena menjadi penjelasan pertama tentang sifat-sifat orang yang bertakwa dalam urutan Mushhaf al-Quran.***