TA’AMMULAT QURANIYAH, SURAT AL-BAQARAH (7)

Oleh:

Sebab-sebab Hidayah

• Sekalipun hidayah khusus merupakan karunia Allah semata tetapi Allah juga memerintahkan agar kita berusaha untuk mendapatkan hidayah tersebut melalui berbagai upaya seperti berdoa memohon hidayah dan membenarkan ajaran-ajaran (hidayah) yang telah disampaikan Allah. Firman Allah:

وَا لَّذِيْنَ  اهْتَدَوْا  زَا دَهُمْ  هُدًى  وَّاٰتٰٮهُمْ  تَقْوٰٮهُمْ

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan menganugerahi ketakwaan mereka.” (QS. Muhammad: 17)

* Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi mengatakan: “Sesungguhnya hidayah punya dua makna: Pertama, menujukkan kebaikan dan menjelaskan jalannya. Kedua, menolong dan menuntun untuk beriman. Siapa yang membenarkan (hidayah) yang pertama maka Allah menolongnya untuk mendapatkan yang kedua (hidayah khusus)”.

• Imam al-Qurtubi di dalam Tafsirnya menyebutkan sejumlah pendapat ulama tentang arti “Menambah petunjuk kepada mereka”, yakni:

a- Memberi mereka rasa takut kepada Allah.
b- Menambah pahala ketakwaan mereka di akhirat.
c- Menuntun mereka untuk mengamalkan apa yang menjadi kewajiban mereka.
d- Menjelaskan kepada mereka apa yang harus mereka hindari.
e- Menambah bashirah (pemahaman) mereka tentang agama mereka dan pembenaran mereka terhadap Nabi mereka.
f- Melapangkan dada mereka terhadap keimanan yang mereka miliki.
g-Keberpalingan orang-orang munafik dan olok-olok mereka justru menambah kuat keyakinan terhadap kebenaran hidayah al-Quran.

• Allah menyebutkan sejumlah hal yang menjadi sebab untuk mendapatkan hidayah khusus-Nya, diantaranya:

1- Memantaskan diri untuk mendapatkan taufiq atau hidayah khusus-Nya dan senantiasa memohon taufiq (hidayah khusus) dari-Nya. Diantaranya dengan melakukan perbaikan (ishlah) di tengah masyarakat sebagai wujud rasa tanggungjawab sosial, sebagaimana dicontohkan Nabi Syu’aib as. Firman Allah:

ۗ اِنْ  اُرِ يْدُ  اِلَّا  الْاِ صْلَا حَ  مَا  اسْتَطَعْتُ  ۗ وَمَا  تَوْفِيْقِيْۤ  اِلَّا  بِا للّٰهِ  ۗ عَلَيْهِ  تَوَكَّلْتُ  وَاِ لَيْهِ  اُنِيْبُ

“Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.” (QS. Hud: 88)

2- Beriman kepada Allah dan senatiasa meningkatkannya. Firman Allah:

وَاِ ذَا  لَمْ  تَأْتِهِمْ  بِاٰ يَةٍ  قَا لُوْا  لَوْلَا  اجْتَبَيْتَهَا  ۗ قُلْ  اِنَّمَاۤ  اَتَّبِعُ  مَا  يُوْحٰۤى  اِلَيَّ  مِنْ  رَّبِّيْ  ۚ هٰذَا  بَصَآئِرُ  مِنْ  رَّبِّكُمْ  وَهُدًى  وَّ  رَحْمَةٌ  لِّقَوْمٍ  يُّؤْمِنُوْنَ

“Dan apabila engkau (Muhammad) tidak membacakan suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu? Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Al-Qur’an) ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf: 203)

• “Petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” yakni orang-orang yang senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanan mereka. Karena di dalam ayat ini digunakan fi’il mudhari’:
( وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ)

3- Takwa kepada Allah. Firman Allah:

ذٰلِكَ  الْكِتٰبُ  لَا  رَ يْبَ    ۛ   فِيْهِ    ۛ هُدًى  لِّلْمُتَّقِيْنَ

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (QS. Al-Baqarah: 2)

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (al-Baqarah: 282)

4- Mengikuti al-Quran dan komitmen dengan berbagai perintah dan larangannya. Firman Allah:

وَا عْتَصِمُوْا  بِحَبْلِ  اللّٰهِ  جَمِيْعًا  وَّلَا  تَفَرَّقُوْا  ۖ وَا ذْكُرُوْا  نِعْمَتَ  اللّٰهِ  عَلَيْكُمْ  اِذْ  كُنْتُمْ  اَعْدَآءً  فَاَ  لَّفَ  بَيْنَ  قُلُوْبِكُمْ  فَاَ صْبَحْتُمْ  بِنِعْمَتِهٖۤ  اِخْوَا نًا  ۚ وَكُنْتُمْ  عَلٰى  شَفَا  حُفْرَةٍ  مِّنَ  النَّا رِ  فَاَ نْقَذَكُمْ  مِّنْهَا  ۗ كَذٰلِكَ  يُبَيِّنُ  اللّٰهُ  لَـكُمْ  اٰيٰتِهٖ  لَعَلَّكُمْ  تَهْتَدُوْنَ

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran: 103)

5- Tidak memperturutkan hawa nafsu karena menjadi sebab terjadinya penyimpangan dan kebinasaan. Firman Allah:

قُلْ  اِنِّيْ  نُهِيْتُ  اَنْ  اَعْبُدَ  الَّذِيْنَ  تَدْعُوْنَ  مِنْ  دُوْنِ  اللّٰهِ  ۗ قُلْ  لَّاۤ  اَ  تَّبِعُ  اَهْوَآءَكُمْ  ۙ قَدْ  ضَلَلْتُ  اِذًا  وَّمَاۤ  اَنَاۡ  مِنَ  الْمُهْتَدِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), Aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah. Katakanlah, Aku tidak akan mengikuti keinginanmu. Jika berbuat demikian, sungguh tersesatlah aku dan aku tidak termasuk orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 56)

6- Tidak mengikuti setan dan langkah-langkahnya karena setan menjadi musuh pertama dan abadi manusia. Firman Allah:

قُلْ  اَنَدْعُوْا  مِنْ  دُوْنِ  اللّٰهِ  مَا  لَا  يَنْفَعُنَا  وَلَا  يَضُرُّنَا  وَنُرَدُّ  عَلٰۤى  اَعْقَا بِنَا  بَعْدَ  اِذْ  هَدٰٮنَا  اللّٰهُ  كَا لَّذِى  اسْتَهْوَتْهُ  الشَّيٰطِيْنُ  فِى  الْاَ رْضِ  حَيْرَا نَ  لَـهٗۤ  اَصْحٰبٌ  يَّدْعُوْنَهٗۤ  اِلَى  الْهُدَى  ائْتِنَا  ۗ قُلْ  اِنَّ  هُدَى  اللّٰهِ  هُوَ  الْهُدٰى  ۗ وَاُ مِرْنَا  لِنُسْلِمَ  لِرَبِّ  الْعٰلَمِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan. Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), Ikutilah kami. Katakanlah, Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya); dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam,”
(QS.al-An’am: 71)

يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  لَا  تَتَّبِعُوْا  خُطُوٰتِ  الشَّيْطٰنِ  ۗ وَمَنْ  يَّتَّبِعْ  خُطُوٰتِ  الشَّيْطٰنِ  فَاِ نَّهٗ  يَأْمُرُ  بِا لْـفَحْشَآءِ  وَا لْمُنْكَرِ  ۗ وَلَوْلَا  فَضْلُ  اللّٰهِ  عَلَيْكُمْ  وَرَحْمَتُهٗ  مَا  زَكٰى  مِنْكُمْ  مِّنْ  اَحَدٍ  اَبَدًا  وَّلٰـكِنَّ  اللّٰهَ  يُزَكِّيْ  مَنْ  يَّشَآءُ  ۗ وَا للّٰهُ  سَمِيْعٌ  عَلِيْمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 21)

7- Berusaha keras (mujahadah) dalam mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Firman Allah:

وَا لَّذِيْنَ  جَاهَدُوْا  فِيْنَا  لَنَهْدِيَنَّهُمْ  سُبُلَنَا    ۗ وَاِ نَّ  اللّٰهَ  لَمَعَ  الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut: 69)

8- Ikhlas karena Allah dalam beribadah dan menjaga kemurnian tauhid. Firman Allah:

اَلَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  وَلَمْ  يَلْبِسُوْۤا  اِيْمَا نَهُمْ  بِظُلْمٍ  اُولٰٓئِكَ  لَهُمُ  الْاَ مْنُ  وَهُمْ  مُّهْتَدُوْنَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).***

 

Tags: , ,