Oleh: Aunur Rafiq Saleh
لَا رَ يْبَ ۛ فِيْهِ ۛ
“…tidak ada keraguan padanya…” (QS. Al-Baqarah: 2)
* Kata ” ريب” berarti keraguan yang paling lemah atau tipis atau keraguan yang disertai tuduhan sehingga bermakna: Tidak ada keraguan sedikit pun terhadap al-Quran, dari semua aspeknya. Atau tidak ada tuduhan “miring” yang terbuktikan sedikit pun sekalipun orang-orang yang ragu meragukannya.
• Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa Kitab ini (al-Quran) diturunkan dari sisi Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
الٓمّٓ
“Alif Lam Mim.” (QS. As-Sajdah: 1)
تَنْزِ يْلُ الْكِتٰبِ لَا رَ يْبَ فِيْهِ مِنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
“Turunnya Al-Qur’an itu tidak ada keraguan padanya, (yaitu) dari Tuhan seluruh alam.” (QS. As-Sajdah: 2)
* Banyak bukti yang menguatkan bahwa al-Quran berasal dari Allah, diantaranya tidak adanya kontradiksi di dalamnya. Firman Allah:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰ نَ ۗ وَلَوْ كَا نَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَا فًا كَثِيْرًا
“Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisa’: 82)
* Demikian pula semua fakta ilmiah dan fakta sejarah yang disebutkan, semua hukum dan ajarannya, ketetapan-ketetapannya tentang kejiwaan manusia dan kehidupan sosial, semuanya terbukti kebenarannya di sepanjang zaman.
• Bahkan al-Quran menyampaikan tantangan untuk membuktikan tuduhan jika ada yang meragukan kebenaran hal ini. Firman Allah:
وَاِ نْ کُنْتُمْ فِيْ رَ يْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَا دْعُوْا شُهَدَآءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)
* Tantangan ini sampai hari ini dan hari Kiamat tidak ada yang mampu melakukannya.
• Arti lain dari kata ” ريب” adalah kecemasan dan kegalauan jiwa. Ini mengisyaratkan, tidak ada satu pun ayat atau ajaran al-Quran yang menyebabkan kegalauan jiwa atau kesengsaraan hidup. Firman Allah:
مَاۤ اَنْزَلْـنَا عَلَيْكَ الْـقُرْاٰ نَ لِتَشْقٰۤى
“Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;” (QS. Ta-Ha: 2)
* Bahkan al-Quran menjadi sumber ketenangan hati dan kehidupan yang baik. Firman Allah:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَـنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ وَلَـنَجْزِ يَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَ حْسَنِ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
• Hanya orang munafik dan kafir yang mengidap penyakit ragu-ragu terhadap al-Quran. Firman Allah:
اَفِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ اَمِ ارْتَا بُوْۤا
“Apakah (ketidakhadiran mereka karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu…” (QS. An-Nur: 50)
و ارْتَا بَتْ قُلُوْبُهُمْ فَهُمْ فِيْ رَ يْبِهِمْ يَتَرَدَّدُوْنَ
“…dan hati mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan.” (QS. At-Taubah: 45)
• Firman Allah tentang orang-orang kafir:
اَلْقِيَا فِيْ جَهَنَّمَ كُلَّ كَفَّا رٍ عَنِيْدٍ
“(Allah berfirman), Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam Neraka Jahanam, semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala,”
(QS. Qaf: 24)
مَّنَّا عٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُّرِ يْبِ
“yang sangat enggan melakukan kebajikan, melampaui batas, dan bersikap ragu-ragu,”
(QS. Qaf 50: Ayat 25)
* Sedangkan orang beriman tidak pernah ragu-ragu dalam beriman. Firman Allah:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَا بُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَ مْوَا لِهِمْ وَاَ نْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: 15)
* Sebagian ulama memahami ungkapan ayat ini “لا ريب فيه / tidak ada keraguan padanya” sebagai larangan. Yakni jangan meragukan kebenaran Kitab ini (al-Quran) karena diantara syarat utama untuk mendapatkan hidayah yang tersebar di dalam ayat-ayat al-Quran adalah tidak meragukan al-Quran sedikit pun. Ini sebagaimana kita fahami dari lanjutan ayat yang menyebutkan fungsi utma al-Quran yaitu sebagai “petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.***