• Fakta berbicara, banyak orang yang telah berkali-kali melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan tetapi banyak pula yang masih suka berbohong, menipu dan korupsi.
• Keadaan ini kadang membuat sebagian orang frustrasi. Berbagai cara sudah dicoba tetapi tidak berhasil menghentikan kebiasaan orang dalam berbohong, menipu dan korupsi.
• Mungkin perlu dicoba cara lain dalam memanfaatkan ramadhan sebagai penguatan sifat jujur bagi setiap individu dan dalam seluruh aspek kehidupan ini. Misalnya dengan melakukan mu’ahadah (berjanji) kepada Allah untuk bersikap jujur dalam semua urusan, baik di bulan ramadhan atau pun di bulan-bulan lainnya. Janji dengan Allah atau tekad perubahan ini dibuat secara tertulis di malam kemuliaan (lailatul qadar) misalnya agar terasa lebih sakral dan mengikat sehingga ada rasa takut untuk melanggarnya. Karena Allah mengajarkan penulisan atau pencatatan hal penting seperti ini. Firman:
قَا لَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْ فِيْ كِتٰبٍ ۚ لَا يَضِلُّ رَبِّيْ وَلَا يَنْسَى
“Dia (Musa) menjawab, Pengetahuan tentang itu ada pada Tuhanku, di dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz), Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa;”
(QS. Ta-Ha: 52)
• Allah melakukan penulisan dalam buku catatan bukan karena takut lupa -Maha Suci Allah dari sifat lupa- tetapi untuk mengajari umat manusia.
• Semoga dengan cara ini pendidikan ramadhan kali ini membuahkan hasil positif yang dampaknya bisa dirasakan bangsa Indonesia yang tengah berjuang membangun karakter bangsa yang mulia dan memberantas segala bentuk kebohongan, ketidakjujuran, penipuan dan korupsi.***
Tags: Aunur Rafiq Saleh, khazanah