Memaafkan akan Menyembuhkan Luka Batin

Puspitasari Dwi Kursanti (jilbab kuning berdiri di tengah) bersama jamaah taklim di Botania Garden
Manusia pasti tidak luput dengan kesalahan dan dosa, terlepas dari perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Bahkan kesalahan yang terus menerus dilakukan seseorang bisa melukai hati dan membekas menjadi luka batin yang sulit disembuhkan, karena berefek pada psikis berupa tekanan batin. Jika berlarut-larut bisa berpengaruh juga pada kondisi fisik. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk mengatasi luka batin tersebut, salah satunya bisa dengan terapi memaafkan.
Biasanya orang yang sedang marah atau sakit hati susah menerima permintaan maaf dari orang yang menyakiti hatinya. Karena memaafkan bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan, memaafkan memerlukan proses waktu.
Memaafkan kesalahan orang lain merupakan kekuatan untuk mencapai ketenangan batin dan kebahagiaan yang akan memengaruhi kesehatan lahir dan batin. Ketika seseorang memaafkan orang lain kemudian mengikhlaskannya, dengan segera ia merasa nyaman, tenang, ringan dan bahagia. 
Dalam Islam, Allah Swt mencintai orang yang memiliki sifat pemaaf untuk orang lain, sebagaimana tertuang dalam QS. Ali-Imran:134.
“… dan orang-orang yang dapat menahan meluapnya kemarahan dan yang suka memaafkan orang lain dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”
Hal ini disampaikan oleh Puspitasari Dwi Kursanti pada Halal Bihalal ibu-ibu Majelis Taklim Botania Garden bersama Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Batam Kota, Ahad, 5 Juni 2022, dengan tema Memaafkan Bisa Menyembuhkan Luka Batin.
Puspita bercerita, ada seorang ibu yang telah bercerai selama tiga tahun dan memendam luka batin yang sangat dalam atas perlakuan kasar (KDRT) suaminya. Setiap kali teringat perilaku mantan suami ia mengalami pendarahan, hingga pernah dirawat di rumah sakit dan harus transfusi darah. 
Sampai pada satu waktu ibu tersebut membaca artikel tentang terapi memaafkan bisa menyembuhkan luka batin. Kemudian ia mencoba memaafkan perlakuan mantan suami yang telah menyebabkan luka batin selama bertahun-tahun.
Malam itu juga, ia mengadu pada Sang Pencipta dengan bersujud dan berdoa sambil bercucuran air mata hingga membasahi sajadah. Ia bertekad memaafkan mantan suami dan berusaha terus mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan ibadah.
“Ya Allah, hari ini hamba telah  memaafkan hal menyakitkan yang sudah diperbuat oleh suami hamba, sebagaimana Engkau wahai zat yang Maha Pengampun,” ucapnya diiringi istighfar terus menerus. 
Masya Allah. Atas ijin Allah, tujuh hari kemudian ibu tersebut tidak mengalami pendarahan lagi. Ia merasakan manfaat yang luar biasa dari memaafkan kesalahan yang telah dilakukan mantan suami. Luka batin yang dialaminya berangsur-angsur sembuh.
Kata Puspita, orang yang memaafkan akan dibanjiri oleh hormon-hormon bahagia, salah satunya adalah hormon serotonin, yaitu hormon yang bertugas untuk membawa pesan antarsel dalam otak. Hormon ini berperan penting dalam memperbaiki suasana hati menjadi lebih baik, sehingga seseorang bisa merasa bahagia. Ketika diliputi hormon serotonin, seluruh anggota tubuh akan mengondisikan menjadi lebih sehat. 
“Nah, yuk mulai sekarang nikmati hidup, jangan terlalu menyiksa diri dengan memendam luka batin terlalu dalam hingga membuat hidup kita tidak sehat dan tidak bahagia,” ajak Puspita.
“Lebih baik lapangkan hati untuk mudah memaafkan orang lain dan senantiasa tersenyum agar inner beauty kita makin terpancar dan membuat kita makin glowing. Karena sejatinya memaafkan itu bukan untuk orang lain tapi untuk diri kita sendiri supaya kita bisa menikmati hidup, hidup menjadi lebih sehat dan bahagia,” kata Puspita lagi.