Akhirnya, dengan tekad mengenalkan dan memenangkan dakwah PKS di Klaten, saya menerima keputusan pencalegan tersebut. Pun menurut tim yang meminta saya menjadi Bacaleg, saya dianggap berpotensi mewakili kader akhwat di Klaten. Potensinya apa? Bisalah intip di https://www.dunialingga.com/p/achievment.html. Sat set akhirnya meluruskan niat serta berani mengambil resiko yang akan datang nantinya.
Melalui Lika Liku Pendaftaran Bacaleg DPRD Klaten
Untuk pertama kalinya saya mengikuti pendaftaran Bacaleg Klaten 2024. Proses administrasi terbilang tidak menyulitkan. Alhamdulillah semua persyaratan tersedia, hingga legalisir ijazah SMA masih rapi di tumpukan dokumen.
Alhamdulillah juga, DPTD PKS Klaten sangat memfasilitasi proses pendaftaran Bacaleg. Sampai-sampai Sekretaris DPTD Pak Isnanto berlari kesana kemari (ini agak hiperbol ya), untuk mencari alat tulis untuk tes, menunggu kami di tes di RS dari awal sampai akhir. Meski ada satu kurangnya, pulang tes nggak dijajanin bakso, wkkwk.
Tes kesehatan mudah, hanya sekadar ukur berat dan tinggi badan, juga mengukur tekanan darah. Saat mengisi tes kejiwaan yang jumlahnya ratusan, juga cukup mudah. Tantangannya hanya mengantuk saja. Dalam hati, “Ya Allah paringono sabar mbuleti kertas jawaban ini…”
Yang sulit hanya satu, menghadapi dokter jiwa. Apalagi dokternya saya kenal meski dia tidak kenal.
“Eh Dokter Jayus,”sapa saya. Beliau ini buka praktik di wilayah Besole, Ceper, Klaten. Beberapa kali saya mengantar anak berobat ke kliniknya.
“Eh, kenal ya..”tanya dokter. Mengsedih guys karena beliau tidak kenal. Bagaimana dikenal masyarakat *double kill dah
Mulailah ia bertanya-tanya, cukup lama. Mungkin sambil menelaah, apakah ibu-ibu ini sudah gila mau mendaftar jadi caleg. Hanya ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di rumah pula. Mungkin iseng-iseng berhadiah semata.
“Coba, saya tanya, memang siapa sih ketua PKS itu?” tanyanya sambil curiga. Jangan-jangan, ibu-ibu ini adalah kader outsourcing yang ditemukan di tengah jalan, bukan dari awal perjuangan.
“Dok, presiden di Indonesia itu selain Presiden RI, ada Presiden PKS, Dok, namanya Ahmad Syaikhu” kata saya sambil bercanda. Jadi penyebutannya bukan ketua, ketum dsb. Wah, alhamdulillah, dokter mesam mesem mendengar jawaban saya. Beneran kader ini, kayaknya..haha..
Berbagai pertanyaan, cukup lama, hingga saya heran sendiri, apakah dokter tidak ada pasien lain selain saya. Mulai dari anak berapa, pekerjaan apa, bagaimana jika visi dan misi partai jika tidak sejalan dengan visi misi pribadi dan masyarakat, apa visi misinya hingga mau ngapain jika nanti terpilih.
Mau ngapain jika nanti terpilih? Mungkin akan saya ceritakan di bab-bab selanjutnya setelah ditetapkan jadi caleg.
Selesai juga curhat panjang ini. Tetap berkarya, sebab hidup bukanlah sebuah kebetulan dan tiba-tiba semata.
Tabik.