Ramadhan Untuk Kebaikan Bangsa

Oleh: Aus Hidayat Nur

Bila khotib Jum’at berkata: “Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah”, pastikan Anda termasuk yang disebutnya. Tentu bukan karena anak Anda kemarin lulus ujian atau karena Anda baru saja mendapat bonus dari kantor, atau karena perkara dunia lainnya, tapi Anda pantas tergolong orang yang disayangi Allah karena tinggal beberapa hari lagi Anda akan menjumpai bulan . Bulan yang akan diisi dengan ibadah dan saleh berlandaskan iman kepada Allah…

Kalau Anda senang berbuat baik , dan bila kebaikan Anda dilipatgandakan pahalanya… Kalau Anda senang doa Anda terkabul, harusnya Anda bahagia dengan hadirnya .

Kalau Anda senang Anda diampuni, harusnya Anda bahagia bertemu .

Kalau Anda senang masyarakat rukun dalam kebersamaan ritual seperti tarawih berjamaah, bersama-sama merasakan lapar di siang hari baik kaya maupun miskin, berbuka bersama, maka harusnya Anda bahagia menyambut .

Dan kalau Anda inginkan kebaikan terwujud untuk bangsa ini, ya Ramadhan lah jawabannya sehingga Anda patut berbahagia dengan rahmat Allah…

Katakanlah, ”Dengan karunia Allah dan rahmat­nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” ( Surat Yunus 57)

Di tahun politik ini, entah berapa banyak sosial bertebaran dimana-mana. Olok-olok kepada lawan politik atau pihak yang tidak sependapat, black campaign, fitnah, intrik illegal, bisa saja kita perbuat baik sengaja atau tidak. Maka bulan Ramadhan selayaknya menjadi penyucian dari kekotoran perilaku akibat kontestasi yang terlalu panas dan tidak sehat.

Taubat Nasional menjadi keharusan. Taubat ini melibatkan seluruh elemen bangsa, dari atas sampai bawah, dari pemimpin negara sampai rakyat jelata tanpa kecuali… Dimulai dari diri kita masing-masing, tanpa menunggu siapa pun. Mari berlomba dalam saling memberi maaf dan meminta maaf…

Dengan hati terbuka kita patut meminta maaf kepada siapa pun dan siap untuk memaafkan. Sebagai manusia yang alpa, mungkin kita hanya merasa sebagai korban penzaliman, tapi terhadap tindakan zalim sendiri sedikit banyak kita melupakannya. Sesama anak bangsa sudah bertahun-tahun kita hidup berdampingan namun dalam semangat merendahkan. Kita pernah ribut dengan sebutan “cebong” vs “kampret”, dan ribut lagi beberapa bulan terakhir dengan ejekan yang lebih beragam. Beristighfarlah! Tak kan bisa negeri ini tenteram dengan perangai seperti itu.

Ramadhan adalah kolam penyucian dalam hubungan antar manusia (hablum minannas). Kita akan berdiri di masjid dalam shaf yang sama, atau bahkan berdampingan dengan orang yang berbeda pandangan politiknya saat salat berjamaah. Pendukung capres atau parpol manapun akan sama-sama merasakan lapar demi menaklukkan hawa nafsu dan juga menumbuhkan empati kepada yang sedang kesusahan. Kita akan sama-sama bergembira saat waktu berbuka tiba, baik di rumah masing-masing bersama keluarga, atau sesama di perjalanan ketika safar, atau di masjid terdekat, dll. Semua momen itu akan merekatkan kain kebangsaan yang sempat terkoyak, merajut dan menjahit kembali yang robek.

Ramadhan adalah bulan kemurahan Ilahi. Setiap saleh akan dicatat berkali-kali lipat oleh malaikat. Inilah kesempatan untuk bangsa ini meraih kebaikannya, ketika masyarakat saling memaafkan, saling berbuat baik, dan sepakat untuk hidup rukun dengan meninggalkan perilaku buruk yang terjadi di bulan-bulan kemarin maka rahmat Allah itu akan tercurah.***

Tags: , , ,