Oleh: Eka Wardana
Selepas salat biasanya kami tidak langsung pulang. Ada saja yang dibincangkan seputar penyelenggaraan kegiatan Ramadan di masjid kompleks. Obrolan kali ini tentang waktu Ramadan yang begitu cepat, saat perbincangan itu sudah sebelas hari Ramadan berlalu. Padahal rasanya baru kemarin mendiskusikan kegiatan yang tepat selama Ramadan tahun ini.
Dan seperti kata ketua DKM masjid kompleks kami; kalau Ramadan terasa cepat itu tandanya senang. Karena senang maka waktu begitu singkat. Wuss.
Jika ditimang lagi apa yang sudah diperbuat selama waktu yang singkat itu sungguh membuat rasa menyesal terbit. Ada banyak prioritas amal yang akan dilakukan selama bulan Ramadan ini. Dan sebagian besarnya belum ada yang terlampaui. Sementara waktu terus mengejar dan tidak dapat didaur ulang.
Dapat cerita, teman yang mampu membaca Al quran sehari selama Ramadan rata-rata empat juz. Terbayang bagaimana cara membacanya. Apa setiap selesai salat langsung membaca satu juz sehingga lima kali salat bisa lima juz? Begitu? Kalau konsisten, boleh saja itu terjadi. Bagaimana kalau banyak gangguan, apa tetap “tegak lurus” satu juz? Nah di situ letak kekuatan kehendak yang dinukil dalam tafsir Dzilal Sayyid Qutub sebagai tarbiyah iradah (penempaan kehendak).