Pondasi itu berupa kecintaan para kader terhadap jalan dakwah yang mereka tempuh. Cinta yang melimpah ruah.
Cinta inilah yang membuat sangat banyak orang yang merasa tidak penting –seperti saya, terus bersedia bergerak menjalankan program. Meskipun bukan orang penting, tapi kami bangga bisa ikut terlibat.
Saya menyaksikan cinta itu tumbuh subur dimana-mana. Dari pusat kota sampai pelosok-pelosok pulau di Indonesia.
Ini modalitas yang tak ada bandingannya. Seseorang bangga menjadi bagian dari perjalanan dakwah. Seseorang bangga dengan kontribusi yang bisa diberikan untuk dakwah.
Sejak meminjamkan rumah untuk aktivitas, meminjamkan motor atau mobil untuk operasional, berinfak semampunya, menjalankan program tanpa ada imbalan materi, dan berbagai bentuk kecintaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Apa yang mereka dapatkan di jalan ini? Mengapa mereka –orang-orang tidak penting ini– bersedia berkorban?
“Hidup saya sekarang tenteram ustadz…” ujar seorang driver DPW, ketika saya tanya mengapa mau menjadi driver di PKS.
“Sebelum bergabung dengan teman-teman PKS, saya cukup kaya tapi bergelimang dosa. Punya beberapa.mobil, punya anak buah yang menjalankan usaha saya. Tapi hidup tak pernah tenang. Karena dalam usaha saya mengembangkan riba”, sambungnya.
“Semenjak ketemu teman-teman PKS, saya mulai ikut pembinaan. Jiwa saya tersiram kesejukan. Maka saya memilih hijrah”.
“Usaha saya tutup. Akhirnya saya jobless. Tak punya penghasilan. Lalu ditawari menjadi driver di DPW. Saya musyawarah dengan istri, dan minta restu ibu, hingga saya putuskan untuk menerima tawaran itu”.
“Gaji saya sebagai driver tak seberapa dibanding saat masih menjalankan usaha. Tapi hidup saya sekarang tenang. Saya berada di lingkungan orang-orang baik…”
“Sebagai driver saya bertugas mengantarkan para pengurus partai ke berbagai kegiatan. Semuanya orang baik. Tak ada yang mengajak ke tempat maksiat”.
“Mereka semua menjalankan shalat berjamaah. Bahkan di mobilpun mereka mengaji Qur’an. Sungguh hidup yang menenangkan”, ujarnya.
Begitulah potret pondasi yang kokoh itu. Mereka bergerak tidak dengan dorongan jabatan, kedudukan dan kekayaan.
Mereka bergerak dengan dorongan cinta.
Selamat milad, PKS. Semoga semakin bermakna bagi masyarakat, bangsa dan negara.***
Tags: Cahyadi Takariawan, PKS, pondasi