Point of No Return, Antara Popularitas dan Agresivitas dalam Pilkada

Saya tidak menolak hasil survei. Saya memaknai hasil survei itu sebagai potret hasil hari ini. Bukan saat hari pencoblosan. Apalagi PKS punya pengalaman di Pilgub sebelumnya, saat berbagai lembaga survei memprediksi suara Ajat-Syaikhu hanya kisaran 9-13%, nyatanya dalam kurang dari sepekan elektabilitasnya naik hampir 3 kali lipat menjadi 27%.

Apakah elektabilitas dan popularitas Dedi Mulyadi itu membuat kader PKS menjadi pesimis? Justru sebaliknya!

Saya melihatnya sendiri, riak-riak itu sedang bergolak jadi gelombang. Spanduk dicetak mandiri dan dipasang sendiri. Patungan untuk kampanye dari kantong mereka yang tentu tidak tebal. Semua kader dan simpatisan PKS berubah menjadi sales yang haus closing memasarkan Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie.

Kader PKS memahami ini sebagai Point Of No Return. Titik dimana kita tidak berfikir untuk kembali. Untuk menyerah. Untuk menarik nilai taruhan. Kapal sudah dibakar. Tidak ada pilihan selain maju.

Maka, siapkan kopi sebab akan hadir dihadapan kita pertarungan epik tahun ini antara Popularitas dan Agresivitas.

-ST Sadanur, Politisi Magang

Laman: 1 2