Oleh: Aus Hidayat Nur
Mari arahkan perhatian kepada nama Husein Mutahar. Tidak banyak masyarakat Indonesia yang kenal dengan sosok tersebut, bahkan di sekitar tanggal 14 Agutus (tahukah Anda ada peringatan apa di hari itu?). Tapi kalau karya dan lagu ciptaannya, tentu banyak yang hafal.
Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar nama lengkapnya. Ia adalah salah seorang tokoh gerakan Praja Muda Karana atau disingkat Pramuka. Sebuah gerakan yang menjadikan pemuda Indonesia tangkas dan punya jiwa kepemimpinan. Lagu ciptaannya menjadi hymne dalam gerakan tersebut.
Ia juga menciptakan lagu yang lain seperti hymne Syukur, mars Hari Merdeka, Dirghayu Indonesiaku, dll.
Jangan permasalahkan dari mana asal keturunannya, karena siapa pun berhak untuk memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Sayang sekali perpecahan karena politik membuat sebagian masyarakat bersikap rasis. Padahal kalau mereka mau mengenang tokoh seperti Husein Mutahar ini, maka mereka akan malu untuk melakukan penghinaan terhadap ras, suku, atau bangsa tertentu.
Husein Mutahar meninggalkan warisan berupa nada-nada rendah yang dirangkai menjadi lagu syahdu berjudul “Syukur”. Kata tersebut berbobot maknawi yang menyadarkan kita sebagai hamba Tuhan yang senantiasa dikaruniai kebaikan dan wajib untuk berterima kasih. Ia sambungkan dengan kecintaan kepada negeri.
Tentu selaras dengan pembukaan UUD 45 di mana para perumusnya menyusun kalimat yang santun: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…” Menyiratkan bahwa kemerdekaan itu terjadi bukan semata upaya manusia, tapi karena anugerah yang indah dari Maha Pencipta.
Maka, bila kita ingat Pramuka, kenang pula Husein Mutahar. Dan bila teringat sosoknya, maka hadiri pula dalam benak tentang rasa syukur atas kemerdekaan dan berbagai karunia yang Allah swt berikan untuk bangsa ini.
Selamat Hari Pramuka!